Kata Pengantar
Dengan mengucap syukur
atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini di buat dengan tujuan untuk melengkapi serangkaian tugas mata pelajaran Pkn
yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Motor Terhadap Kedisiplinan Siswa SMAN 1
Ciamis”.
Dalam penyusunan
makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun dengan semangat dan
dibantu semua pihak akhirnya penulisan makalah ini terselesaikan. Dalam
kesempatan ini kami berterima kasih kepada Bapak Supyan Iskandar selaku
guru mata pelajaran Pkn, yang telah membantu mengarahkan dan memberi motivasi
kepada kami.
Kami sangat menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan, agar lebih baik dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan dapat
memberi manfaat bagi pembaca pada umumya.
Ciamis, 22 Januari 2014
Tim Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul ...................................................................................................... 1
Kata Pengantar...................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................. 3
Bab I :
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang Masalah.................................................................. 4
1.2.
Rumusan Masalah............................................................................ 5
1.3.
Tujuan Penulisan.............................................................................. 6
1.4.
Manfaat Penulisan........................................................................... 7
Bab II : Landasan
Teori
2.1 Penggunaan
Motor..........................................................................8-9
2.2
Kedisiplinan Siswa.....................................................................10-13
Bab III : Pembahasan
3.1
Analisis Pengguna Motor................................................................. 14
3.2
Analisis Kedisiplinan Siswa........................................................15-16
3.3
Solusi...........................................................................................17-18
Bab IV : Penutup
4.1
Kesimpulan....................................................................................... 19
4.2
Saran................................................................................................. 20
Daftar Pustaka....................................................................................................... 21
Lampiran............................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Transportasi sebagai
teknologi telah berkembang pesat dan menyuguhkan kemudahan. Pertumbuhan alat
transportasi dari tahun ke tahun menujukkan kenaikan yang signifikan, terutama
transportasi sepeda motor. Pelajar di Indonesia kebanyakan hampir 80% memakai
kendaraan roda 2 atau roda 4. Baik di kalangan SMP /SMA hal ini, yang membuat
kekhawatiran baik pihak sekolah ataupun pihak masyarakat karena para siswa /
siswi kebanyakan menggunakan kendaraan berroda 2 adatu roda 4. Sedangkan mereka
rata-rata masih di bawah umur 17 tahun adapun siswa / siswi umur 18 tahun
tetapi mereka tidak mempunyai SIM (Surat Ijin Mengemudi).
Disisi lain, banyak orang tua yang mengijinkan
agar mereka mengendarai roda 2 / roda 4 dengan alasan mereka akan lebih cepat
ke sekolah meskipun mereka belum cukup umur untuk mendarai kendaraan tersebut,
dan juga akan meminimalisir kesiangan ke sekolah. Hal ini di sebabkan karena
memakai kendaraan akan lebih cepat atau lebih efisien, akan tetapi banyak
sekali resiko yang akan terjadi pada pengendara tersebut. Seperti kecelakaan
akibat dari kebut-kebutan, terjadi ugal-ugalan yang akan meresahkan masyarakat,
dan terjadi kecelakaan yang mengakibatkan pengendara lain mendapat kerugian.Selain
itu, kesiangan dapat menjadi resiko pengendara, besar kemungkinan akan terjadi
ban bocor saat di perjalanan atau bensin habis dan itu akan membuat pelajar menjadi kesiangan.
Sedangkan, menggunakan angkutan umum dinilai
lebih merepotkan dan butuh waktu yang lebih lama untuk menuju ke sekolah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah
pengertian motor?
2.
Apa itu
kedisiplinan?
3.
Bagaimanakah
pengaruh motor terhadap kedisiplinan siswa?
4.
Apakah
dampak positif dari penggunaan motor?
5.
Apakah
dampak negatif dari penggunaan motor?
C. Tujuan
Penulisan
1. Memaparkan
sebab-sebab banyaknya penggunaan motor sebagai alat transportasi pada kalangan
pelajar di SMA Negeri 1 Ciamis.
2. Menjelaskan
pengaruh penggunaan motor terhadap kedisiplinan siswa di SMA Negeri 1 Ciamis.
3. Menjelaskan
pengertian motor.
4. Menjelaskan
tentang kedisiplinan siswa.
D. Manfaat
Penulisan
1. Memberikan
pengetahuan tentang penggunaan motor di kalangan siswa di SMA Negeri 1
Ciamis.
2. Memberikan pengetahuan mengenai dampak positif penggunaan sepeda motor terhadap kedisiplinan
siswa di SMA Negeri 1 Ciamis.
3. Memberikan pengetahuan mengenai dampak negatif penggunaan sepeda motor terhadap siswa SMA Negeri 1
Ciamis.
4. Memberikan
pengetahuan tentang kedisiplinan siswa di SMA Negeri 1 Ciamis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Penggunaan
Motor
Motor menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah adalah kendaraan beroda dua yang digerakkan oleh sebuah mesin.
Di Ciamis, khususnya SMA Negeri 1 Ciamis,jenis transportasi yang umum ditemui
adalah motor. Karena,saat ini sepeda motor bukan lagi jadi barang yang di
anggap mewah, sekarang setiap orang dapat dengan mudah memiliki kendaraan roda
dua bermesin ini.
Dengan aktifitas
sebagai siswa yang cukup padat, siswa melakukan mobilitas yang tinggi,
diantaranya yaitu berangkat sekolah,pulang sekolah,berangkat les,latihan
ekstrakulikuler ,dan lain sebagainya. Selain itu, tidak semua siswa lokasi
rumahnya dilalui kendaraan umum, oleh karena itu motor menjadi alat
transportasi penting bagi mereka. Dari hasil obeservasi, dapat disimpulkan
bahwa siswa memiliki kecenderungan untuk menggunakan sepeda motor sebagai
transportasi utama.
Hal inilah yang memunculkan fenomena
bahwa sebagian orang tua siswa memperbolehkan anaknya menggunakan sepeda motor
untuk bersekolah. Mau mengantar anak ke sekolah dipandang sangat merepotkan
karena orang tua sendiri harus bekerja. Bahkan penggunaan sepeda motor oleh
siswa sekolah kadangkala dijadikan ajang gengsi orang tua dan siswa. Banyak
siswa yang mengancam tidak mau bersekolah jika tidak diizinkan menggunakan
sepeda motor dan bahkan ada sebagian masyarakat yang bangga jika anaknya sudah
bisa menggunakan sepeda motor ke sekolah walaupun secara aturan belum memenuhi
syarat untuk mengendarai sepeda motor. Ada kemungkikan hal ini terjadi karena
minimnya pengetahuan orang tua tentang aturan berlalu lintas atau bisa juga ada
orang tua yang sudah tahu, tetapi pura-pura tidak tahu, atau ada juga yang
merasa terpaksa untuk mengizinkan anaknya menggunakan sepeda motor walaupun
masih dibawah umur.
Fenomena ini banyak kita saksikan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Penggunaan sepeda motor oleh pelajar inilah
yang dijadikan salah satu alasan tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Bahkan
sepeda motor yang sejatinya merupakan sarana transportasi untuk memudahkan
mobilitas manusia, seakan-akan telah menjadi mesin pembunuh bagi anak-anak
penerus bangsa ini. Untuk itulah perlu penanganan segera dari instansi terkait
termasuk Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan dari stekeholder
terkait sesuai dengan kewenangan yang diberikan.
Alasan ini sangat masuk akal, mengingat
pelajar SD dan SMP sederajat dan sebagian pelajar SMA sebetulnya secara aturan
belum memenuhi syarat untuk mengendarai sepeda motor terutama jika dipandang dari postur fisik, pengetahuan
berlalu lintas, dan kematangan berpikir (psikologis). Dengan mengendarai sepeda
motor ini bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga membahayakan
pengguna jalan lainnya. Ditambah lagi lemahnya pengawasan orang tua, sering
menyebabkan anak tersebut lepas kontrol, kebut-kebutan dijalan, membentuk
kelompok (seperti gank sepeda motor) dan akhirnya menuju ke arah kriminalitas.
Penggunaan sepeda motor sendiri dapat memberikan dampak
positif dan negatif terhadap kedisiplinan siswa. Dampak positifnya, yaitu siswa
menjadi tepat waktu datang ke sekolah, biaya jauh lebih murah,dan lebih
stylish.Sedangkan dampak negatifnya seperti banyak pelanggaran rambu lalu
lintas yang marak terjadi diantaranya penyerobotan lampu merah, parkir
sembarangan, dan ugal-ugalan.
Karena jumlah sepeda motor yang
digunakan sangat banyak, maka dibutuhkan tempat parkir yang luas. Di beberapa
titik terlihat penggunaan halaman rumah warga sebagai tempat parkir yang justru
menurunkan tingkat kedisiplinan siswa. Sedangkan,di tempat parkir sekolah
banyak siswa yang memarkirkan motor dengan tidak teratur. Ketidaknyamanan seperti ini memicu tindakan tidak disiplin pada
pengendara sepeda motor dengan memarkir kendaraannya di sembarang tempat.
B.Kedisiplinan Siswa
1.Pengertian Disiplin
Konsep disiplin berkaitan dengan
tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang
banyak). Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain
sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang
melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849). Dengan demikian disiplin siswa
adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di
sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Disiplin
mempunyai makna yang luas dan berbeda – beda, oleh karena itu disiplin
mempunyai berbagai macam pengertian. Pengertian tentang disiplin telah banyak
didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Ahli yang satu mempunyai
batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya. Herlin Febriana Dwi
Prasti (2005) menguraikan pendapat Andi Rasdiyanah (1995 : 28) tentang
pengertian disiplin yaitu kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
system yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau
peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah kepatuhan mentaati
peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Depdiknas (1992 : 3)
disiplin adalah : “ Tingkat konsistensi dan konsekuen seseorang terhadap suatu
komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan
dicapai waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan”.
Seirama dengan pendapat tersebut diatas,
Hurlock (1999 : 82) mengemukakan pendapatnya tentang disiplin tersebut :“
Disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak berperilaku moral yang
disetujui kelompok”. Dari berbagai macam pendapat tentang definisi disiplin
diatas, dapat diketahui bahwa disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai – nilai
ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.
Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan keteraturan
terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar secara terarah dan
teratur. Dengan demikian siswa yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan
dan mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia terutama siswa dalam hal belajar. Disiplin akan
memudahkan siswa dalam belajar secara terarah dan teratur.
2. Unsur Unsur Disiplin
Unsur- unsur dalam
disiplin dijelaskan Hurlock (1999: 84) yaitu terdiri dari empat unsur;
peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi.
a.Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola itu dapat ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuanperaturan adalah untuk menjadikan anak lebih bermoral dengan membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Setiap individu memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh tingkat perkembangan individu yang berbeda meskipun usianya sama. Oleh karena itu dalam memberikan peraturan harus melihat usia individu dan tingkat pemahaman masing – masing individu.
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola itu dapat ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuanperaturan adalah untuk menjadikan anak lebih bermoral dengan membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Setiap individu memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh tingkat perkembangan individu yang berbeda meskipun usianya sama. Oleh karena itu dalam memberikan peraturan harus melihat usia individu dan tingkat pemahaman masing – masing individu.
b.Hukuman
Hukuman berasal dari kata kerja latin, “punier”. Hurlock (1999: 86) menyatakan bahwa hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan , perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.
Hukuman berasal dari kata kerja latin, “punier”. Hurlock (1999: 86) menyatakan bahwa hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan , perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.
c.Penghargaan
Penghargaan merupakan setiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak harus berbentuk materi tetapi dapat berupa kata – kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung. Banyak orang yang merasa bahwa penghargaan itu tidak perlu dilakukan karena bisa melemahkan anak untuk melakukan apa yang dilakukan. Sikap guru yang memandang enteng terhadap hal ini menyebabkan anak merasa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan atau ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil. Bentuk penghargaan harus disesuaikan dengan perkembangan anak. Bentuk penghargaan yang efektif adalah penerimaan sosial dengan diberi pujian. Namun dalam penggunaannya harus dilakukan secara bijaksana dan mempunyai nilai edukatif, sedangkan hadiah dapat diberikan sebagai penghargaan untuk perilaku yang baik dan dapat menambah rasa harga diri anak.
Penghargaan merupakan setiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak harus berbentuk materi tetapi dapat berupa kata – kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung. Banyak orang yang merasa bahwa penghargaan itu tidak perlu dilakukan karena bisa melemahkan anak untuk melakukan apa yang dilakukan. Sikap guru yang memandang enteng terhadap hal ini menyebabkan anak merasa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan atau ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil. Bentuk penghargaan harus disesuaikan dengan perkembangan anak. Bentuk penghargaan yang efektif adalah penerimaan sosial dengan diberi pujian. Namun dalam penggunaannya harus dilakukan secara bijaksana dan mempunyai nilai edukatif, sedangkan hadiah dapat diberikan sebagai penghargaan untuk perilaku yang baik dan dapat menambah rasa harga diri anak.
d.Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi tidak sama dengan ketetapan dan tiada perubahan. Dengan demikian konsistensi merupakan suatu kecenderungan menuju kesamaan. Disiplin yang konstan akan mengakibatkan tiadanya perubahan untuk menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah. Mempunyai nilai mendidik yang besar yaitu peraturan yang konsisten bisa memacu proses belajar anak. Dengan adanya konsitensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah.
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi tidak sama dengan ketetapan dan tiada perubahan. Dengan demikian konsistensi merupakan suatu kecenderungan menuju kesamaan. Disiplin yang konstan akan mengakibatkan tiadanya perubahan untuk menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah. Mempunyai nilai mendidik yang besar yaitu peraturan yang konsisten bisa memacu proses belajar anak. Dengan adanya konsitensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah.
3.Tujuan pendisiplinan
siswa di sekolah
Tujuan
pendisiplinan siswa menurut Wendy Schwartz (2001) ,yaitu “the goals of
discipline, once the need for it is determined, should be to help students
accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior
change is necessary, and commit themselves to change”. Hal senada dikemukakan
oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan
keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas,
jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa
mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan
suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Keith Devis mengatakan,
“Discipline is management action to enforce organization standarts” dan oleh
karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin
preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang
berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya
terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa
untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi
pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang
ada.
4.Faktor faktor yang
mempengaruhi kedisiplinan siswa
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kedisiplinan yaitu:
• Diri sendiri
• Keluarga
• Pergaulan di Lingkungan
Brown (dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com) mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut :
a.Perilaku yang tidak
disiplin bisa disebabkan oleh guru.
b. Perilaku tidak
disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang
menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang
kurang atau tidak disiplin.
c. Perilaku tidak
disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang
broken home.
d. Perilaku tidak
disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku,
tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan
perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan
dalam proses pendidikan pada umumnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Keberadaan sepeda motor
sebagai alat transportasi yang praktis telah membawa budaya praktis di
kalangan pengendara sepeda motor
khususnya siswa SMA Negeri 1 Ciamis.
Pengendara merasa nyaman dengan waktu tempuh yang relatif singkat serta
biaya yang murah.
Budaya praktis pada sepeda motor lambat laun mengakar
pada pengendaranya, khususnya siswa. Rasa peduli pada lingkungan, menghormati
sesama penggguna jalan, serta budaya hemat tergeser dengan budaya praktis
berkendara secara ugal-ugalan, berkendara dimanapun, dan boros bahan bakar.
Berikut grafik atas penyebab penggunaan sepeda motor di
SMAN 1 CIAMIS.
Data pada grafik 1.1 menunjukkan bahwa dari 100 orang
responden dari kalangan siswa, sebanyak 51% (51 orang) siswa memilih sepeda
motor sebagai alat transportasi karena alasan waktu tempuh yang relatif cepat. Selain
itu,dengan menggunakan sepeda motor siswa lebih leluasa ‘menerobos’ keadaan
jalan yang ramai bahkan macet dengan alasan takut kesiangan. Hasilnya banyak
pengendara sepeda motor mengabaikan dan melanggar rambu-rambu serta aturan yang
berakibat pada musibah di jalan raya.
Jawaban cepat pada
tabel juga dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa untuk
menempuh jarak yang dekat sekitar 500 meter, tujuh dari sepuluh siswa atau
sekitar 70% memilih untuk menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi
utama.
Penggunaan yang sering dan pada radius kecil memicu
longgarnya kedisiplinan. Kami telah melakukan pengamatan di SMA Negeri 1 Ciamis
selama 2 hari dengan memberikan angket ke setiap tingkatan siswa, diantaranya
siswa kelas X, kelas XI, dan kelas XII . Pengisian angket ini bertujuan untuk menghitung
jumlah pengguna motor yang memiliki kedisiplinan yang baik di SMA Negeri 1
Ciamis serta berapa banyak pengendara yang tidak disiplin.
Berikut ini grafik atas
kedisiplinan siswa SMAN 1 CIAMIS yang merupakan pengguna motor.
68
|
32
|
20
|
79
|
80
|
Berdasarkan grafik 1.2
dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa adanya peenggunaan motor cukup
memberikan dampak yang baik bagi siswa SMA Negeri 1 Ciamis,tetapi memang masih
ada beberapa siswa yang kurang mentaati aturan berlalu lintas dan masih tetap kesiangan
walaupun menggunakan motor. Sikap praktis dan ingin mengefektifkan waktu tempuh
juga menjadi alasan utama sikap praktis berkendara tanpa helm.
Sikap praktis juga terlihat pada kondisi tempat parkir
yang tidak rapi. Pengendara sepeda motor yang datang di akhir memilih memarkir
kendaraannya di tempat yang terjangkau atau tidak mau repot menempatkan motor
pada sisi yang tersedia tempat parkir. Keadaan ini di pengaruhi oleh jumlah
kendaraan yang di parkir.
Dengan
mengabaikan dampak kepadatan, gas emisi, penggunaan bahan bakar, serta faktor
keselamatan, siswa cenderung nyaman dengan penggunaan sepeda motor. Penggunaan
pada setiap aktifitas mengakibatkan budaya praktis. Budaya praktis semakin
terpelihara dengan situasi serta kondidi jalan yang macet serta keadaan tidak
nyaman yang ditimbulkan.
Selain
itu terlihat dari grafik di atas bahwa ada sekitar 23% siswa yang memodifikasi
motornya. Keadaan seperti ini dikarenakan siswa lebih mementingkan gaya
dibandingkan keamanan dirinya sendiri. Ada juga sekitar 36% siswa yang
menggunakan motor tetapi mereka tidak mempunyai SIM (Surat Ijin Mengemudi).
Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak mematuhi peraturan berlalu
lintas.
C.SOLUSI
1. Memberikan pengetahuan berlalu
lintas dan menanamkan rasa disiplin.
Pengetahuan
berlalu lintas bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Selain itu, dari faktor postur tubuh sebagian pelajar terutama jenjang SD dan
SMP masih jauh dari kondisi ideal untuk mengendarai sepeda motor. Disamping itu
pada usia dibawah 17 tahun kondisi psikis dan pola pikir anak dianggap masih
labil dan belum siap diberikan tanggungjawab untuk mengemudikan sepeda motor.
Walaupun sudah diberikan pemahaman tentang tata cara berlalu lintas, ada
kalanya pelajar ini melupakan aturan dan etika ketika sedang mengendarai sepeda
motor harapan untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas pun sangat kecil untuk
dicapai.
Orang
tua pun harus bersedia menanamkan rasa disiplin, maka para siswa akan
berkendara dengan tertib. Lebih-lebih, bila para wali murid meneliti
kelengkapan surat dan peralatan berkendara. Dengan itu, tingkat keselamatan
para siswa di jalan raya juga akan lebih baik. Tingkat kecelakaan lalu
lintas sekaligus bisa ditekan dengan baik. Mengendarai motor disertai surat dan
kelengkapan kendaraan komplet akan membuat siswa tidak waswas terjaring operasi
patuh lalu lintas. Mereka pun berangkat ke sekolah dengan rasa tenang demi satu
tujuan menggapai ilmu.
2.
Penggunaan Sepeda ke Sekolah (Bike To
School)
Salah satu
solusi yang dapat dilakukan, yaitu dengan penggunaan sepeda untuk bersekolah
bagi siswa yang belum cukup umur untuk menggunakan motor ke sekolah. Hal ini
tentu saja sangat sejalan dengan banyak kebijakan yang ditetapkan di Indonesia
seperti “Indonesia Go Green”, “Indonesia Sehat”, “Hemat BBM” dan lain-lain.
Namun saat ini pamornya kalah dengan penggunaan sepeda motor yang dianggap
lebih praktis, tidak memerlukan tenaga, lebih cepat dan lain.lain.
Perlu
disadari bahwa penggunaan sepeda untuk ke sekolah ini tentunya akan banyak
memberikan manfaat bagi siswa dan masyarakat secara umumnya. Berikut ini
manfaat penggunaan sepeda untuk ke sekolah.
-
Hemat BBM
-
Mengurangi
Polusi Udara
-
Sehat
-
Murah
-
Sangat
mungkin untuk jarak tempuh hingga 10 km.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas penulis menyimpulkan
bahwa:
1. sepeda
motor menjadi alat transportasi utama siswa di SMA Negeri 1 Ciamis.
2. meski
sepeda motor memberikan dampak positif pada efisiensi waktu, namun muncul juga
dampak negatif pada pengendara sepeda motor khususnya siswa yang tidak tepat
waktu datang ke sekolah.
3. pengguna
sepeda motor di kalangan pelajar SMA Negeri 1 Ciamis pada umumnya sudah
disiplin dalam berkendara dan mematuhi tata tertib.
B. SARAN
Berdasarkan
kesimpulan yang telah kami paparkan, kami merekomendasikan agar dilakukan
langkah-langkah lain yang lebih preventif, yaitu pendidikan lalu lintas kepada
pelajar. Bentuknya bisa dalam bentuk penyuluhan, penyebaran selebaran,
melibatkan pelajar dalam kampanye keselamatan berlalu lintas, pemutaran film,
dan sebagainya. Polisi bisa secara pro aktif datang ke sekolah atau pihak
sekolah mengundang aparat polisi untuk memberikan penyuluhan keselamatan
berlalu lintas kepada pelajar. Melalui cara itu, diharapkan muncul kesadaran
dari pelajar terhadap pentingnya
keselamatan berlalu lintas, pentingnya kedisiplinan dan sebagainya. Meskipun memahami alasan siswa memakai sepeda
motor ke sekolah tanpa SIM, pihak sekolah tetap perlu melakukan penyadaran.
Selain itu keluarga dapat memberikan sarana
fasilitas yang mendidik kepada siswa
seperti fasilitas olahraga, seni, atau yang lainnya agar mereka berkegiatan
positif. Jika mereka tidak diberi motor, waktu belajar mereka akan lebih banyak
dan waktu main mereka sedikit dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Available:
kbbi.web.id/transportasi , diakses 22 Januari 2014
diaskes 22 Januari 2014